sebuah kehidupan baru yang sangat ditunggu kedatangannya
segala asa dari segenap penjuru bangsa digantungkan
yang menanti pun berharap
kelahiran membawa harapan baru atas hidup
SELAMAT NATAL
Karena cinta kita ada. Namun kata ini semakin memudar makna dan wujudnya seiring bertambahnya usia sehingga aku mengalami kesulitan mendefinisikan kata ini. Padahal kata orang bijak, bertambahan umur bertambah pula kebijaksaan. Kata terdekat yang saat ini ku pahami bagian dari cinta adalah perhatian. Satu langkah kecil yang tak jarang aku pun tak sanggup melakukannya terus menerus. Memperhatikan keluarga, sahabat, rekan kerja atau orang lain di sekitar ku. Tapi entah lah, rasanya hal sekecil ini pun sulit untuk kulakukan. Aku merasa tak punya waktu lagi untuk orang lain serta sering terjebak dengan pembelaan diri “jangan ikut campur urusan orang lain.” Padahal seharusnya memberi perhatian tidak selalu harus tahu masalah dan ikut campur, bukan?
Aku khawatir bila dalam pengertian makna cinta sederhana ini saja aku tak paham, bagaimana aku bisa mengatakan “aku mencintai engkau’ kepada orang lain?
kata itu yang aku pikir sangat dibutuhkan saat ini.
Tapi apa iya?
Apakah kemampuan, peluang, dan hal lain tidak ikut serta?
Entahlah...
tapi aku sangat membutuhkan keberuntungan itu
agar bisa bertahan dan mendapatkan kapal lain untuk berlayar melanjutkan pengembaraan dunia antah berantah.
Di manakah keberuntungan itu?
Adakah yang dapat membantu?
Satu lagi tahun terlewati
Memaksa usia tuk turut serta
Walau waktu boleh punya kuasa
Tapi tidak semudah itu
Sang jiwa dan raga turut terseret
Dalam pusaran waktu yang tak kenal ampun
Aku jiwa...tetap akan melawan
Semangat, optimisme dan persahabatan
Aku raga....tetap bertahan
Agar mampu mensejajarkan diri dengan kala
Namun semua tetap kuserahkan
Pada sang empunya kehidupan
“Selamat Ulang Tahun”
MWOMAN
Peni Cameron
”Mereka membuat kita bersemangat hidup, berkarya, dan berbuat baik. Kita harus tegar dan kuat karena mereka butuh kita.”
Pribadi yang hangat. Inilah kesan pertama kala bercengkerama dengan Peni Cameron, Direktur CAM Solution, usaha jasa animasi yang dirintisnya sejak 1996. Siang itu, Peni bersemangat bertutur tentang dunia yang hingga kini relatif jarang digumuli kaumnya. “Animasi seperti mewujudkan dunia impian, sesuatu yang belum tentu bisa kita lakukan di dunia nyata. Butuh kreativitas unusual yang bikin orang atau anak-anak tertawa,” tutur wanita enerjik kelahiran Surabaya 13 September 1966 yang tampak awet muda ini.
“Sayang, wanita masih jarang di bidang ini,” sambung sarjana arsitektur yang menjalani kehidupannya dengan berupaya keras memegang teguh kedisiplinan, kepercayaan diri, saling menghargai, dan kemandirian ini. “Belakangan, ada beberapa wanita muda lulusan luar negeri yang kembali ke Indonesia dan bekerja di production house. Tapi, kebanyakan ke arah periklanan, bukan perfilman. Kini, banyak siswa SMK yang kami bina justru lebih banyak wanita. Semoga bisa mengindikasikan kelak semakin banyak wanita animator.”
Menariknya, api kreativitas pelahap karya Sidney Sheldon dan penyuka salsa, golf, serta memasak ini kerap dipantik oleh anak-anak. Bahkan, Ibu dua putra dan satu putri ini mengaku, anak-anaknya adalah idola utama! ”Mereka yang membuat kita bersemangat hidup, bekerja, berkarya, dan berbuat baik. Mereka yang membuat kita tegar dan harus kuat karena mereka membutuhkan kita. Mereka pemberian Tuhan yang harus kita pertanggungjawabkan.....” vit
MWoman
Mood Swing Becky Tumewu
“Suami saya tuh orangnya cuek, jadi nggak ada deh perlakuan-perlakuan istimewa. Palingan saya dibiarin aja sendiri sampai hati tenang,” ujar Ruth Ludwina Rebecca Tumewu dengan mimik muka khasnya: gabungan keramahan dan kecerdasan.
Janji untuk saling bertemu awalnya cukup sulit terwujud. Bukan apa-apa, rencana yang dirajut sekitar seminggu sebelumnya terancam gagal karena banjir awal Februari 2007. Tiba-tiba saja, suatu siang beberapa hari setelah banjir menyurut, kami akhirnya dapat bertemu di Plaza Senayan, Jakarta. Ya, kami yakin, kehangatan Ruth Ludwina Rebecca Tumewu membuat rencana tersebut terwujud.
Kesan pertama: ibu dua putri ini agak kurusan. Sibuk apa sih sampai bisa langsing begitu? “Saat ini saya berkonsentrasi penuh pada Back to Beck, acara yang sudah lama saya impikan. Isinya tidak hanya hiburan, tapi juga informasi yang memberikan inspirasi bagi penonton,” jelasnya, dengan bersemangat.
Kini, setelah talkshow yang ditayangkan Metro TV itu mendapat tempat di hati penonton, ia mengaku perjuangannya harus lebih keras untuk membuat acara ini berumur panjang. Di sini, Becky terlihat sebagai sosok tegar dan pantang menyerah. Atau dalam bahasanya sendiri, mood-swing-nya dinamis. Walau dalam hidupnya beberapa kali terjerembab dalam kegagalan, ia percaya solusinya hanya satu: “Nikmati saat-saat Anda gagal. Setelah itu, bangkitlah kembali. Jangan sampai hilang harapan.”
Siapa pria sejatinya?
Soal pria sejati, Becky bersemangat membicarakan suami. “Pria sejati itu bertanggung jawab, tahu diri, serta berkewajiban menyediakan kebutuhan pasangan dan keluarganya,” ujarnya, mengarah ke satu sosok yang sangat dikenalnya, Johannes Dermawan yang akrab dipanggil Irwan.
September 1999 lampau, Irwan berkeputusan untuk menyunting sosok wanita yang dikenal banyak orang sebagai Becky, si presenter smart, hangat, dan ramah. Sejak itu, Becky memang terlihat lebih dewasa dan teratur dalam bertutur kata di setiap penampilan terutama sebagai presenter.
Si “pria sejati” tadikah yang mengubahnya? Yang jelas, entertainer yang berulang tahun tiap 27 Mei ini terkesan berbahagia dengan keluarga kecilnya walau sesekali terpaksa berjauhan dengan sang suami.
Dukungan unik
Suaminya tahu persis watak Becky. Kala hatinya tak tenang, Irwan yang saat ini menjabat General Manager Emeralda Golf Course di Cimanggis memberikan dukungan moril dengan cara unik: membiarkan Becky sendirian dan tidak merepotkannya. “Iya, suami saya tuh orangnya cuek, jadi nggak ada deh perlakuan-perlakuan istimewa. Palingan saya dibiarin aja sendiri sampai hati tenang,” sambungnya dengan mimik muka khas Becky Tumewu.
Lalu, dengan kesibukan masing-masing, siapa yang lebih dekat dengan kedua buah hatinya, Tara (6 tahun) dan Kayla (4 tahun)? “Pastinya, seorang ibu lebih dekat dengan anak-anak karena dilihat dari kuantitas, dia menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak. Tapi bukan berarti Irwan tidak dekat,” aku Becky.
Ditanya mengenai suara ayah yang berpengaruh lebih besar ketimbang ibu, Becky membenarkan. “Saat saya membujuk Tara untuk mencobai menu makanan baru, dia bisa menolak. Tapi begitu ayahnya angkat bicara, dia langsung nurut.”
“Vitamin” bagi anak dan suami
Soal anak, Becky tambah semangat bertutur, “Untuk menjadi manusia-manusia yang siap terjun ke dunia modern, kami membekali mereka dengan tata krama dan ajaran agama yang kuat. Tidak dengan teori, tapi dengan contoh-contoh nyata,” ungkap penggemar renang, nonton, dan shopping ini. Memang, seorang filsuf pernah mengatakan, 12 tahun pertama kehidupan seorang anak, itulah saat dirinya terbentuk. Maka, peran kedua orangtua, sesibuk apa pun mereka, idealnya kuat melandasi pertumbuhan anak.
“Kita tidak mungkin mensterilkan anak dan suami di luar rumah. Di luar sana mereka punya kehidupan masing-masing, sehingga tugas saya sebagai istri dan ibu adalah membentengi mereka dengan makanan teratur dan gizi yang baik, sehingga walaupun banyak godaan dari luar, anak dan suami kita tetap kuat. Menurut saya, kuncinya adalah komunikasi,” papar Becky mengakhiri wawancara. hel/vit